Kabarjagad, Bojonegoro – Masyarakat Bojonegoro memiliki alasan untuk berbangga! Makam Raden Satrio, putra Raden Qosim Sunan Drajat, ternyata ada di Desa Drajat, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Raden Satrio, yang dikenal oleh warga sekitar sebagai Mbah Santri, adalah anak dari istri muda Kanjeng Sunan Drajat, Dewi Ayu Putri Sari, dan Raden Satriyo Adi Putra Raden Qosim Sunan Drajat dari istri yang ke-4. Beliau kemudian berguru kepada Sunan Giri dan akhirnya berdakwah di Desa Drajat Kecamatan Baureno pada zaman dulu.
Mbah Santri adalah orang pertama yang membuka lahan untuk menyebarkan ajaran Islam di Wilayah Bojonegoro yaitu di desa Drajat Kecamatan Baureno, Beliau dikenal sebagai orang yang sangat ikhlas dan berdedikasi dalam menyebarkan agama Islam.
Keberadaan makam Raden Satrio ini merupakan sebuah keberkahan dan kesempatan bagi masyarakat Bojonegoro untuk mempelajari dan memahami sejarah dan budaya daerah mereka. Silsilah beliau berhasil ditemukan dan dibacakan oleh Mbah KH. Muhammad Nawawi dari Beji Jenu Tuban.
Dengan demikian, diharapkan keberadaan makam Raden Satrio ini dapat menjadi sebuah momentum bagi masyarakat Bojonegoro untuk memperkuat identitas dan kebanggaan mereka terhadap sejarah dan budaya daerah mereka.
“Penemuan silsilah makam Raden Satrio ini merupakan sebuah keberkahan dan kesempatan bagi kita semua untuk mempelajari dan memahami sejarah dan budaya daerah kita,” ujar Mbah KH. Muhammad Nawawi.
Keberadaan makam Raden Satrio ini juga memperkuat hubungan antara Desa Drajat di Baureno, Bojonegoro, dengan Desa Drajat di Paciran, Lamongan, tempat makam Kanjeng Sunan Drajat berada.
Menurut Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur, pengasuh ponpes Sunan Drajat Lamongan, kedua desa tersebut memiliki hubungan yang sangat erat.
“Dengan penemuan silsilah makam Raden Satrio ini, kita dapat memperkuat identitas dan kebanggaan kita sebagai keturunan Raden Satrio,” ujar Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur.
Makam Raden Satrio ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu destinasi wisata sejarah dan budaya di Bojonegoro, sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan kebanggaan masyarakat terhadap sejarah islam dan budaya.(imm)